Rabu, 27 Februari 2013

Mendulang Fulus dari Rental Mainan Anak




KOMPAS.com - Jenis mainan yang kian beragam dan tingginya kesadaran orang tua memberi mainan edukatif membuka celah usaha penyewaan mainan anak-anak di kota-kota besar. Koleksi yang banyak dan pelayanan memuaskan menjadi kunci sukses bisnis ini.

Setiap orang tua pasti menginginkan semua hal terbaik untuk buah hatinya. Tak terkecuali dalam menyediakan mainan. Makin tingginya kesadaran orang tua untuk menerapkan pola bermain sambil belajar mendorong mereka untuk memberikan jenis mainan edukatif, yang bisa mendukung tumbuh kembang si anak.

Sayang, harga mainan seperti itu sering tak ramah di kantong. “Harga mainan anak yang edukatif, aman, dan nyaman bagi balita relatif mahal,” kata Amelia Purnajati, pemilik situs www.duniabermain.com.
Mainan dengan ukuran kecil, yang biasa dimainkan anak-anak balita, harganya berkisar Rp 150.000 hingga Rp 500.000. Sementara itu, mainan dengan dimensi cukup besar dan dapat digunakan oleh anak hingga usia enam tahun, harganya berkisar Rp 2,5 juta hingga Rp 4,5 juta.

Di luar harga yang mahal, sifat anak yang mudah bosan, acap menjadi bahan pertimbangan orang tua dalam membeli sebuah mainan. Rentang kebosanan anak terhadap mainan memang beragam, tapi biasanya antara satu hingga tiga bulan, anak sudah mulai bosan dengan mainannya.

Alhasil, mainan yang mahal harganya itu terasa mubazir jika umur pemakaiannya sebentar dan harus disimpan begitu saja. Belum lagi, jika memikirkan tempat penyimpanan, ketika mainan itu tak lagi digunakan. Bingung bukan?

Dari sinilah, Amelia dan Jessica Natasha Halim, pemilik Funbox Toy Rental (FTR), melihat adanya celah pasar bagi usaha penyewaan mainan anak-anak.   Apalagi, Jessica bilang, pasar bisnis penyewaan mainan anak dan balita ternyata cukup luas.

Pelanggannya datang dari berbagai kalangan, mulai dari para orang tua, perusahaan, hingga event organizer. Ya, bukan cuma orang tua yang ogah merogoh kocek lebih dalam untuk membeli mainan anak, para orang tua yang ingin menyelenggarakan pesta ulang tahun anaknya juga sering menyewa berbagai mainan dari jasa penyewaan ini.

Selain para orang tua, tempat penitipan anak juga sering menyewa mainan dari tempat penyewaan ini. Bahkan, konsumen korporasi yang memiliki target pasar anak-anak juga menjadi pelanggan setia. 

Tak heran, meski baru setahun berdiri, nama Funbox Toy Rental ini sudah sangat dikenal. Dalam sebulan, Jessica bisa menyewakan hingga 150 unit mainan. Ia menawarkan jasa penyewaan mainan ini hanya di seputar Jakarta.

Mengambil cakupan pasar di wilayah Cibubur, Amelia bisa melayani 40 hingga 60 konsumen setiap bulan. Setiap kali peminjaman, biasanya, konsumen tak hanya meminjam satu mainan.

Mainan yang disewakan, umumnya, merupakan mainan edukatif yang sebagian besar merupakan produksi perusahaan mainan asal luar negeri. Biasanya, mereka sudah membagi berbagai mainan anak itu dalam kategori usia anak. Orang tua pun tak perlu repot memilih mainan yang ingin disewa untuk anak-anak mereka.

Tarif sewa mainan ini pun cukup beragam, mulai dari Rp 50.000 hingga Rp 700.000 per bulan, tergantung dari jenis mainan yang disewakan. Selain sewa dalam hitungan bulan, konsumen juga dapat menyewa mainan dalam tempo dua minggu ataupun harian.

Biasanya, penyewa memang tak langsung menyewa dalam masa waktu yang lama. “Awalnya, mereka akan menyewa selama dua minggu untuk mengetahui anaknya suka atau tidak dengan mainan tersebut,” jelas Amelia. Nah, jika si anak memang menyukainya, barulah orang tua akan menambah masa sewa hingga beberapa bulan.

Adapun paket harian lebih menyasar pengusaha event organizer atau korporasi yang menyelenggarakan acara dengan melibatkan anak-anak. “Pesta ulang tahun, misalnya,” jelas Amelia. Tentu saja, dalam acara ini, mereka akan meminjam banyak mainan sekaligus.

Seperti bisnis rental lainnya, dalam usaha rental mainan anak ini, para pemainnya juga menerapkan sistem deposit. Nilai deposit ini besarnya Rp 100.000 untuk sekali peminjaman. Uang deposit akan dikembalikan jika  mainan sudah dikembalikan. Selain deposit, untuk menjamin keamanan mainan yang dipinjamkan, penyewa diminta menunjukkan identitas asli dan menyerahkan fotokopinya.

Dalam sebulan Jessica bisa menangguk omzet berkisar Rp 30 juta hingga Rp 50 juta. Jumlah itu baru dari pembayaran sewa mainan ini, belum termasuk ongkos kirim. Ia bilang, rata-rata tarif mainan yang disewa berkisar Rp 150.000 hingga Rp 200.000.

Dari omzet tersebut, para pemain bisa mendapatkan profit berkisar 30 persen hingga 50 persen. Keuntungan usaha ini lumayan besar, karena biaya operasional usaha ini cukup murah. Selain gaji karyawan, pemilik usaha ini harus menganggarkan biaya untuk membeli cairan pembersih dan antiseptic. Namun, jika mainan dikembalikan dengan kondisi kotor, FTR pun akan mengutip biaya pembersihan mainan sebesar Rp 20.000.

Biasanya, mereka juga menyewa tempat untuk menyimpan mainan. Namun, bisa juga memakai rumah sendiri sebagai tempat penyimpanan. Jangan lupa, Anda juga harus menganggarkan biaya investasi untuk membeli mainan-mainan baru atau untuk memperbanyak koleksi mainan yang akan dipinjamkan.

Amelia pun menuturkan, salah satu kelebihan dari usaha ini adalah tak perlu memiliki showroom untuk memajang koleksi mainan. “Cukup dengan situs yang mencantumkan katalog jenis mainan dan fasilitas lainnya, Anda sudah bisa menjajakan mainan sewaan,” katanya.  Ini tentunya akan menghemat modal yang Anda keluarkan pada awal usaha.


Koleksi beragam

Modal bisnis ini terbilang kecil. Saat memulai usahanya, Amelia merogoh kantong hingga Rp 50 juta. Adapun Jessica membutuhkan modal Rp 100 juta. Tapi, asyiknya, hanya dalam rentang waktu empat hingga lima bulan, modal telah kembali.

Nah, apakah Anda tertarik untuk menggeluti usaha ini? Jessica pun memberi masukan, bisnis ini bisa dilakoni di kota-kota besar, seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan dan Yogyakarta. Alasannya, kesadaran orang tua untuk memberi anak mainan sesuai dengan perkembangan usia mulai tinggi di kota-kota besar.

Untuk memulai usaha ini, pertama yang harus dilakukan adalah belanja mainan. Pastikan, Anda mengetahui produsen yang sudah memiliki nama, baik untuk keamanan struktur mainan dan bahan bakunya.

Demi menghemat biaya, Anda pun bisa menitipkan belanja pada kerabat yang berada di luar negeri. Selain itu, Anda juga bisa berburu melalui distributor resmi mainan anak tersebut di Indonesia.

Dalam bisnis ini, koleksi yang cukup beragam menjadi kunci sukses menggaet pelanggan. Amelia mengaku, saat ini, sudah memiliki 500 koleksi mainan. Khusus mainan favorit, sebaiknya sediakan lebih dari satu unit. Contoh mainan favorit anak umur 6—12 bulan adalah jumperoo dan exersaucer. Adapun  untuk anak umur 12-6 tahun adalah  slide swing, playhouse, mobil-mobilan, dan roller coaster.

Setelah stok barang beres, kini giliran untuk membuat situs sebagai etalase usaha Anda. Situs yang menarik dan pelayanan memuaskan menjadi komponen utama bisnis ini.

Pelayanan yang memuaskan bisa dilihat dari keragaman mainan serta terjaminnya kebersihan, keamanan, dan kenyamanannya. Usahakan agar mainan rutin dibersihkan, yakni sebulan sekali, saat akan dipinjamkan dan saat dikembalikan.

Jangan lupa pula, memeriksa kondisi dan keamanan mainan.  Rentang umur mainan beragam, biasanya 1—2 tahun. “Jika sudah dua tahun, kita harus siap untuk menggantinya  agar tak membahayakan,” jelas Amelia.

Selain itu kenyamanan juga perlu diperhatikan. Biasanya, ada  penjelasan di setiap mainan, terkait target usia anak yang memakainya, berat dan tinggi si anak. Pastikan Anda menerangkan hal-hal penting tersebut sebelum bertransaksi dengan konsumen. Kalau perlu, ajak konsumen ikut memeriksa setiap detail mainan yang ingin dipinjam demi keuntungan bersama juga.

Hal tersebut juga mengurangi risiko terjadinya kecelakaan saat anak menggunakannya. “Di FTR, kami pasti menerangkan lebih dulu cara penggunaan, termasuk do’s & don’ts dari setiap item,” kata Jessica. Selain menjaga keamanan, lanjutnya, itu bisa menjadi antisipasi FTR jika ternyata ada kerusakan pada mainan saat masih di tangan pemakai.

Setelah persiapan internal mantap, saatnya Anda menentukan media promosi. Karena pangsa pasarnya adalah orang tua, iklan di media online bisa menjadi pilihan. Jika ada bujet lebih, Anda bisa memasang iklan di majalah khusus orang tua dan keluarga.

Ide promosi kreatif bisa dilihat dari FTR. Saat ini, mereka  menggelar indoor playground bekerja sama dengan Apartemen Pantai Mutiara, Jakarta. Penghuni apartemen dan  konsumen FTR bisa bermain gratis di arena tersebut.

Selain itu, Jessica juga mempromosikan usahanya melalui kerja sama liputan di salah satu program televisi swasta pada segmen bisnis. Selain itu, Jessica juga masih membagi brosur dan bekerja sama dengan distributor, berupa link yang langsung terhubung dengan website FTR. Tapi, yang paling efektif adalah promosi yang dilakukan oleh konsumen sendiri, yakni promosi dari mulut ke mulut. “Jadi, customer sendiri menjadi media promosi dari FTR karena mereka merasa puas dengan layanan FTR dan mempromosikan ke teman dan saudaranya,” terang Jessica. (Melati Amaya Dori/Kontan)

Berkat Telur Asin, Mery Raup Omzet Ratusan Juta Rupiah




KOMPAS.comTelur asin mengantarkan Mery Yani sukses menjadi seorang pengusaha. Tak kuasa melihat usaha telur asin sang kakak hampir tutup, Mery segera mengambil alih. Lewat kerja keras, kini, ia berhasil menjual puluhan ribu telur asin setiap hari.
Pulang ke kampung halaman bukan berarti hilang kesempatan untuk meraih sukses. Mery Yani telah membuktikannya. Hanya butuh waktu empat tahun, perempuan 29 tahun ini berhasil melambungkan usaha telur asin hingga beromzet ratusan juta rupiah per bulan.
Kecintaan pada sang ibu yang terbaring sakit mendorong Mery Yani kembali ke Karawang pada 2005 silam. Padahal, di Jakarta, Mery tengah membangun karier sebagai akuntan di sebuah perusahaan impor.
Hingga akhirnya, ibunda berpulang pada 2007. Mery pun memutuskan untuk menetap di kota kelahirannya, sambil membantu sang ayah membuat pakan ternak dari dedak padi.
Belum surut kesedihannya, ia harus menghadapi kenyataan usaha telur asin milik sang kakak yang kian terpuruk. Mery memang sangat peduli akan usaha telur asin ini. “Telur asin merupakan penyokong hidup saya sejak masih sekolah dulu,” kenangnya. Ia pun tak bisa tinggal diam saat melihat usaha ini terancam tutup karena penjualan terus menyusut.
Beruntung, Mery pernah punya pengalaman menjajakan telur asin dari satu kios ke kios lain di pasar tradisional, semasa sekolah dulu. Berbekal pengalaman itu, ia pun memberanikan diri mengambil alih usaha sang kakak sejak November 2008. Sebagian uang klaim asuransi jiwa mendiang ibu pun menjadi modal awal usahanya.
Anak ketiga dari empat bersaudara ini mengawali langkahnya dengan memperkaya pengetahuan soal telur asin, baik dari buku maupun bertanya pada beberapa pengusaha yang lebih dulu terjun di bidang ini. Dari sana, Mery menyusun sebuah peta perencanaan usaha lengkap dengan standar kualitas telur, cara pemasaran, dan sistem manajerial karyawan.
Untuk memenuhi standar kualitas telur, Mery menjalin mitra dengan peternak telur bebek di sekitar Karawang. Ia memberi modal, baik berupa bibit bebek atau uang untuk membeli pakan. Tentu saja, para mitra itu nanti harus menyetor telur bebek ke usaha telur asin milik Mery.
Dalam proses pengasinan pun, lulusan Universitas Tarumanegara ini menggunakan bahan-bahan pilihan. Abu yang digunakan adalah abu hitam yang berasal dari sekam padi yang telah dibakar dan terjamin kebersihannya. Abu itu berasal dari lahan pertanian di sekitar Karawang.
Tak hanya membenahi pasok-an telur dan proses pengasinan, Mery juga mencermati pasar telur asin yang mengenal musim sepi. Nah, di saat pasar sedang sepi, lantaran pasokan telur asin berkurang, Mery segera memasok telur asin buatannya dalam jumlah besar.
Lolos sertifikasi
Sebagai pemain baru, tentu, situasi itu sangat menguntungkan. Bukan hanya soal fulus, cara tersebut juga berhasil mendongkrak merek telur asinnya, Sumber Telur Kilau. Alhasil, setelah merek telurnya banyak dikenal, penjualan Mery pun meningkat.
Dalam tempo setahun, Mery berhasil menggenjot penjualan hingga 1.500 butir per hari. Tak hanya itu, ia pun berhasil mengembalikan modal usahanya.
Sayang, saat penjualan meningkat, ia kembali berhadapan dengan masalah. Ia mendapati beberapa mitra yang ingkar menjual telur bebek untuk pabriknya. “Saya harus sabar mencari mitra lain,” ujar Mery.
Untuk menjaga agar pasokan telur bebek tetap stabil, Mery pun membangun peternakan sendiri. Di peternakan tersebut, Mery memiliki 1.500 ekor bebek yang diangon di sekitar Karawang dan Garut.
Ia juga terus meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produknya. Pada 2010, Mery mendaftarkan telur produksinya ke Departemen Kesehatan Republik Indonesia untuk memperoleh sertifikasi kualitas gizi. Setiap produksi, telur-telur hasil peternakan Mery dan mitranya harus melalui beberapa tahap pengujian. Tahapan tersebut meliputi pencucian telur, pengujian dari segi bentuk dan tingkat keretakan, penyemprotan cairan antibakteri, serta uji laboratorium.
Kegigihan Mery mengemas ulang usahanya itu berbuah manis. Hingga saat ini penjualan telur asin cap Sumber Telur sudah menjangkau beberapa wilayah di Indonesia, seperti Jabodetabek, Kalimantan, Bangka Belitung, dan Lampung. Dalam kegiatan pemasaran, Mery mendapat dukungan lebih dari 50 distributor sesuai standar distributor ala Mery. “Mereka harus tahu kemauan konsumen, yang asin banget atau enggak terlalu asin. Distributor harus kenal betul dulu produknya,” terangnya.
Berkat berbagai standar ini, telur asin Mery bisa terjual 10.000 hingga 15.000 ribu butir telur per hari. Dengan harga jual berkisar Rp 1.700–Rp 2.500 per butir, setiap bulannya Merry telah dapat meraup omzet lebih dari Rp 300 juta.
Selain menyelamatkan usaha yang hampir bangkrut, Mery juga berhasil membuka lapangan kerja. Karyawannya telah berlipat, dari hanya empat orang pada awalnya, kini telah mencapai 30 orang.(Meylisa Badriyani/Kontan)

Kantor Pos Akan Menjual Tiket Merpati




JAKARTA, KOMPAS.com PT Merpati Nusantara Airlines bekerja sama dengan PT Pos Indonesia untuk memasarkan tiket Merpati di setiap kantor pos yang ada di seluruh Indonesia.
Nantinya tiket pesawat Merpati bisa dibeli di 3.726 kantor pos yang sudah terkoneksi online. Selain itu, PT Pos Indonesia juga memiliki 24.410 titik layanan dalam bentuk kantor pos, agen pos, pos keliling kota/desa, pos sekolah, dan pos mal.
Sutan Banuara, Vice President Commercial Merpati, mengatakan, saat ini pihaknya sedang menunggu kesiapan PT Pos Indonesia untuk menjalankan kerja sama tersebut.
"Saat ini PT Pos sedang melatih para petugasnya yang ada. Kalau dari kami sih sudah siap menjual tiket," ujar Sutan, di Jakarta, Rabu (27/2/2013).
Sutan mengatakan, jika PT Pos sudah siap, pembelian tiket Merpati bisa langsung dilakukan di tiap kantor pos.
Sutan menjelaskan, penjualan tiket di kantor pos tidak akan mengganggu penjualan tiket di agen travel yang ada.
"Kerja sama dengan PT Pos ini justru melengkapi (agen travel) karena mereka kan menyebar di hampir tiap kecamatan di seluruh Indonesia," ujarnya.
Sutan menargetkan penjualan tiket Merpati di kantor pos sebesar Rp 2,4 miliar pada tahun ini.(Oginawa R Prayogo/Kontan)

Cara Unik Salurkan Kredit Ala Dahlan




JAKARTA, KOMPAS.com — Menteri BUMN Dahlan Iskan memiliki cara unik untuk bisa mempercepat penyaluran kredit perbankan. Untuk bisa menyalurkan kredit tersebut, Dahlan menggunakan dana Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) dari anak perusahaan BUMN.
Dana ini semacam dana tanggung jawab sosial masyarakat (corporate social responsibility/CSR).
"Caranya cukup disalurkan kredit tersebut ke jemaah masjid atau perkumpulan agama," kata Dahlan saat menjadi pembicara kunci di acara International Financial Inclusion yang digelar Bank Mandiri di Ritz Carlton Jakarta, Selasa (26/2/2013).
Dahlan menegaskan, masyarakat yang membutuhkan kredit tersebut bisa secara langsung aktif di kegiatan jemaah itu. Nantinya, masyarakat yang menunggak kredit juga bisa diumumkan melalui pengeras suara di masing-masing masjid atau tempat ibadah masing-masing.
Hingga saat ini, Dahlan telah melakukan uji coba penyaluran kredit tersebut di Jambi. Kini, dalam empat bulan uji coba, Kementerian BUMN beserta jajarannya telah menyalurkan dana kredit masing-masing Rp 5 juta per masjid di lima masjid di daerah Jambi. "Ini memang untuk mendorong perekonomian kelas bawah dalam memulai usahanya. Ini memang untuk masyarakat yang tidak terjangkau akses perbankan," tambahnya.
Dalam waktu dekat, Dahlan akan menerapkan cara ini di 15 masjid di DKI Jakarta. Meski daerah ini banyak dikelilingi oleh perbankan nasional dan bank asing, masyarakat pinggiran Jakarta ini juga belum mengetahui akses kredit ke perbankan.
Terlebih lagi, jumlah pinjaman yang diperlukan masyarakat juga tidak besar dan hal tersebut biasanya digunakan untuk modal usaha kurang dari seminggu atau bahkan sebulan.
Dengan mekanisme seperti ini, secara perlahan, akses masyarakat ke perbankan mulai diperkenalkan. Harapannya, masyarakat nanti mau mengakses perbankan dan mengakses produk-produk yang dijual perbankan.